Kali Ini Groedu international Consultant Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang dan Jogjakarta sedang mereview artikel adanya kabar shopee mengalami kerugian cukup besar sebagai market place yang di Indonesia cukup populer selain tokopedia. Simak artikel di bawah ini.
Shopee di Indonesia memiliki banyak pelanggan aktif dan disukai banyak orang. Namun, disukai banyak orang ternyata tidak membuat e-commerce yang identik dengan warna orange ini bisa untung besar.
Perusahaan asal Singapura yang melantai di Wall Street dan merupakan induk dari e-commerce Shopee, Sea Limited, melaporkan masih mengalami kerugian pada kuartal pertama tahun ini.
Kinerja keuangan yang tertekan ini dikarenakan e-commerce raksasa milik perusahaan masih membukukan kerugian fantastis dalam bentuk adjusted EBITDA yang nilainya meningkat menjadi US$ 742,8 juta atau setara dengan Rp 10,66 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$), naik 79,89% dari posisi yang sama tahun lalu senilai US$ 412,9 juta (Rp 5,92 triliun).
Kerugian untuk setiap pemesanan yang dilakukan oleh konsumen relatif stagnan dan hanya mengalami kenaikan tipis menjadi US$ 0,40 atau Rp 5.740/pesanan dari sebelumnya US$ 0,38 atau Rp 5.453/per pesanan pada Maret 2021.
Meski demikian Sea optimis bahwa target profitabilitas (EBITDA yang disesuaikan positif) sebelum alokasi pengeluaran umum kantor pusat (biaya HQ) di pasar Asia Tenggara dan Taiwan dapat tercapai tahun ini, seperti yang telah diproyeksi sebelumnya. Sedangkan profitabilitas pasca dikurangi alokasi HQ Cost ditargetkan dapat tercapai tahun depan di kedua pasar tersebut.
Kuartal pertama tahun ini, biaya HQ meningkat sebesar US$ 162,1 juta. Biaya HQ tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan biaya staf, yang tumbuh sebesar US$113,3 juta karena peningkatan jumlah pegawai.
Meski belum mampu memperbaiki kinerja bottom line-nya dalam tiga bulan pertama tahun ini, kinerja top line perusahaan meningkat 64,4% menjadi US$ 1,5 miliar (Rp 21,52 triliun).
Total transaksi (GMV) yang dicatatkan perusahaan juga mengalami peningkatan 38,7% secara tahunan menjadi US$ 17,4 miliar.
Sea mengklaim bahwa Shopee merupakan platform e-commerce terbesar di Indonesia, dengan pesanan (gross) tumbuh sekitar 77% secara tahunan. Shopee juga menyebut bahwa mereka terus menempati peringkat pertama dalam kategori Belanja berdasarkan rata-rata pengguna aktif bulanan di Indonesia dan total waktu yang dihabiskan di aplikasi untuk kuartal pertama tahun 2022, mengutip data.ai.
Secara total kinerja induk Shopee yakni Sea Ltd juga masih tertekan dengan kerugian bersih bertambah besar menjadi US$ 580,1 juta dari semula US$ 422,1 juta. Sementara itu perusahaan gim yang telah lama menjadi ‘susu perah’ masih menjadi satu satunya segmen bisnis yang berhasil mencapai tingkat profitabilitas.
Penjualan dari divisi gim yang meningkat 45% dari tahun lalu menjadi US$ 1,1 miliar, berhasil melampaui ekspektasi analis dan pasar. Akibatnya saham Sea mampu ditutup menguat 14,05% pada perdagangan Selasa (18/5) kemarin dengan kapitalisasi pasar US$ 44,90 miliar (Rp 644,31 triliun).
Meski demikian sejak awal tahun saham Sea telah susut nyaris dua pertiga atau sebesar 64,08%. Sedangkan dari posisi penutupan tertinggi sepanjang masa yang dicatatkan pada awal November tahun lalu saham Sea telah ambles 77,58%. Artinya dalam waktu kurang dari setengah tahun kapitalisasi pasar induk Shopee telah menguap US$ 155 miliar (Rp 2.229 triliun), yang mana pada awal November 2021 valuasinya sempat menyentuh US$ 200 miliar.
Sumber: Jakarta, CNBC Indonesia