Dibawa ini adalah artikel yang ditulis oleh Yuswohadi yang saya ringkas untuk menjadi referensi para pebisnis dalam mengelola bisnis maupun cara-cara berinvestasi untuk perusahaan di masa kini dan masa mendatang.
Bukan kebetulan jika 3 orang terkaya di dunia yang saling bersaing, Elon, Zuck, Bezos, berambisi memiliki perush media. Elon barusan membeli Twitter. Bezos memiliki The Washington Post dan MGM. Sementara Zuck yang paling lengkap memiliki Meta, Facebook, Instagram dan Whatsapp. Dalam wawancara di TED beberapa hari lalu Elon mengatakan motivasinya membeli Twitter bukanlah untuk meraup untung. “This is not a way to sort of make money,” ujarnya. Melainkan untuk mendorong free speech.
Tapi apa betul?
Uang $44 miliar (setara Rp 635 triliun) bukanlah duit kecil untuk sebuah proyek sosial apalagi merugi. Di balik ucapan klise Elon untuk “menumbuhkan free speech” dan “mendorong demokrasi” sudah pasti terselip “misi tersembunyi” yang ujung-ujungnya duit (UUD) Lalu apa motif Elon, Zuck, Bezos memiliki perusahaan media?
Mereka menggunakan media untuk mendulang emas di era SURVEILLANCE CAPITALISM (Shoshana Zuboff, 2019). Melalui konten dan media mereka melakukan REKAYASA SOSIAL melalui TRACKING, MINING, MODIFYING perilaku masyarakat. Dengan senjata algoritma di balik “mesin” yang menggerakan Facebook, Twitter, or Amazon Prime mereka membentuk OPINI, POLA PIKIR, -PREFERENSI, PERILAKU, KEBIASAAN konsumen. Ujung-ujungnya behavioral forming/modification tersebut dilakukan untuk membentuk “kolam-kolam” pasar bagi bisnis-bisnis mereka.
Baca juga artikel : mengawali bisnis kecil dengan media sosial & website
Jadi bertolak belakang dengan statement mereka di media, langkah mereka memborong perusahaan media bukanlah proyek menghambur-hamburkan uang berlebih mereka untuk sosial dan perbaikan peradaban. Tapi justru proyek strategis untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan selera masyarakat yang ujung-ujungnya untuk menciptakan pasar-pasar masa depan bagi bisnis-bisnis mereka.
Semoga opini dan pemikiran mengenai apa yang dilakukan oleh investor besar diatas bisa menjadi informasi atau insight berharga bagi para pebisnis dalam mengelola perusahaan dan membuat model-model bisnis yang akan dijalankan.