5 Cara HRD Mencari Kebohongan Pelamar Kerja
Pada kesempatan kali ini Groedu Intrenational Consultant Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang, Jokjakarta, Makasar, Sampit dan Denpasar membahas artikel di bawah ini untuk menginfokan kepada para pelamar atau prakerja yang telah mengikuti program pelatihan Kartu prakerja yang akan melamar pekerjaan.
Beberapa cara HRD mendeteksi kebohongan pada Surat lamaran para pelamar dapat dilakukan sebelum proses wawancara maupun pada saat wawancara kerja. Berikut ini beberapa cara yang digunakan HRD untuk mencari kebohongan pelamar kerja antara lain yaitu:
- Cek Latar Belakang
Cara pertama yang paling mudah adalah dengan mengecek data kandidat. Ketika anda dipanggil wawancara, HRD akan melakukan pengecekan tentang kebenaran data yang anda tulis. Dengan mengecek akun media sosial, HRD bisa mengetahui karakter anda sesuai dengan yang digambarkan dalam CV atau tidak. Jika kamu termasuk kandidat dengan pengalaman kerja, bisa jadi HRD akan melakukan pengecekan ke perusahaan tempat kerja anda sebelumnya. - Cek Kompetensi
Berikutnya, HRD akan melakukan pengecekan terhadap kompetensi. Cek kompetensi juga sekaligus menilai apakah kandidat memenuhi kriteria yang dicari oleh perusahaan. Biasa HRD akan melihat riwayat pendidikan dan pelatihan kandidat, kemudian melakukan analisa apakah dengan pendidikan dan pelatihan yang diikuti sudah sesuai kompetensi yang diharapkan.
Misalnya jika seorang kandidat hanya mengikuti webinar online sehari tentang kepemimpinan lalu menuliskan soft skill leadership dengan nilai excellent, maka hal ini dapat menjadi tolok ukur bagi HRD untuk membuang kandidat tersebut. Mengapa? Karena ketahuan Anda pasti berbohong.
Atau jika kandidat merasa mahir mendesain grafis karena belajar otodidak, sementara pelatihan yang diikuti hanya workshop 1 hari misalnya. Maka ini belum menjadi bukti yang kuat bagi HRD bahwa kandidat memiliki kemampuan desain grafis yang mahir, bahkan malah bisa dianggap kandidat sedang melebih-lebihkan kemampuannya. Justru untuk jenis hard skill seperti ini lebih diutamakan portofolio yang menunjukkan hasil karyanya. Jadi HRD akan melihat desain Anda, apakah sesuai dengan kemahiran yang Anda akui, melalui hasil karya Anda. Biasanya Anda akan diminta mengirimkan portofolio desain sebelum Anda benar-benar dipanggil HRD. - Tes Kemampuan
Cara ketiga ini hanya bisa dilakukan oleh HRD jika dalam screening CV dirasa belum ditemukan kejanggalan. Bisa jadi sebelum kandidat diundang wawancara, dia akan dihubungi oleh HRD untuk membuat suatu contoh pekerjaan yang bertujuan untuk mengetes kemampuan kandidat. Atau bisa juga dilakukan pada saat wawancara. HRD akan meminta kandidat menjabarkan hal-hal detail dan teknis yang belum ada pada CV. Lalu mensingkronkan antar jawaban kandidat dengan CV yang telah dibuat. Jika jawaban anda cenderung bertele-tele atau tidak lancar akan menjadi indikasi kuat bahwa Anda dinilai telah berbohong. Risiko melakukan kebohongan sebelum atau pada saat wawancara pasti akan kelihatan apalagi HRD berlatar belakang pendidikan psikologi. - Lihat Bahasa Tubuh
Disadari atau tidak oleh kandidat, bahasa tubuh kandidat pada saat wawancara bisa menjadi tolok ukur bagi HRD untuk menilai kandidat jujur atau bohong. Berbeda dengan mulut, secara psikologis, bahasa tubuh dapat mengungkapkan kebohongan seseorang. Salah satunya adalah dengan mengamati gerak mata kandidat. Kandidat yang menghindari kontak mata berkemungkinan besar menunjukkan suatu kebohongan. Jadi Anda sebagai kandidat sebaiknya ketika wawancara selalu eye contact jika sedang berkomunikasi.
Atau bisa juga HRD akan mengetes dengan pertanyaan yang jawabannya sudah tersedia pada CV (misal perkenalan diri) lalu akan diperhatikan gerakan matanya. Kemudian HRD akan menanyakan hal lain yang belum terdapat pada CV dan mengamati gerak mata. Jika gerak matanya berbeda dari jawaban atas pertanyaan pertama, boleh jadi ada indikasi kandidat telah melakukan kebohongan atau jawaban imajinatif. - Pengalaman HRD Sendiri
Bagi seorang HRD yang berpengalaman, aktivitas pengecekan dan validasi data kandidat bukan hal sulit dilakukan. Beberapa rekruter bahkan menganggap bahwa informasi yang too good to be true kemungkinan besar adalah informasi palsu. Jadi hai para prakerja dan pelamar kerja silahkan buat CV Anda sesuai kondisi dan apa adanya. Kejujuran menjadi faktor “lucky” dan Anda harus yakin karena kalau ingin cepat dapat pekerjaan mengatakan dan menyampaikan apa adanya. Tetapi tidak sangat polos, sehingga kebodohan Anda terlihat. Pilih mana yang pantas dan mana yang tidak pantas dalam menyampaikan, baik di CV Anda maupun saat wawancara.
Semoga artikel diatas dapat membantu kandidat dalam mendapatkan pekerjaan. Informasi untuk meningkatkan skill yang didanai pemerintah bisa Anda dapat pada Kartu Prakerja dan ikutilah pelatihan INI terkait Prakerja agar Anda sukses dalam wawancara pekerjaan dan sukses dalam praktek bekerja.