Untuk semua bisnis tak terkecuali bisnis industri farmasi, adanya peramalan penjualan (forecasting) memegang peranan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan khususnya di bidang produksi dan operasi. Hal ini menyangkut perencanaan produksi, perencanaan pemenuhan kebutuhan bahan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan desain dan lay out fasilitas, penentuan lokasi pabrik, penentuan metode proses produksi, penentuan jumlah mesin dan masih banyak yang lainnya. Mengapa sangat penting karena forecasting sendiri juga merupakan dasar dari perencanaan perusahaan dalam jangka panjang. Biasanya diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku, produk, tenaga kerja maupun kebutuhan lain sebagai respons terhadap perubahan permintaan pasar.
Forecasting dibuat dan disiapkan oleh bagian Marketing (penjualan) karena yang mengerti kondisi pasar adalah bagian marketing. Forecasting yang buruk, secara otomatis dapat menyebabkan perencanaan produksi yang buruk pula, seperti inventory menjadi sangat tinggi atau sebaliknya hilangnya penjualan karena tiadanya barang yang akan dijual.
Kondisi ini menciptakan peluang bagi pesaing (kompetitor) untuk masuk, sehingga mengakibatkan hilangnya peluang pasar yang ada (loss opportunity) bagi suatu perusahaan dengan forecasting yang buruk. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin, industri (produk) tersebut akan kehilangan pasar. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi secara terus-menerus terhadap metode peramalan yang digunakan, sehingga dapat terus menerus disempurnakan.
Ikuti webinar : Distributorship Management In Digitalization
Metode Forecasting
Secara umum, metode yang digunakan untuk merancang forecasting dibagi dalam dua kategori utama, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pada metode peramalan penjualan Metode Kualitatif merupakan metode subyektif, artinya besarnya angka penjualan ditetapkan berdasarkan asumsi dan estimasi. Metode ini biasanya digunakan untuk produk baru yang akan diluncurkan ke pasaran. Sedangkan metode kuantitatif didasarkan atas data-data penjualan masa lalu yang kemudian diolah dengan berbagai metode statistik.
Metode Kuantitatif dapat dibagi dalam ke dalam deret berkala atau deret waktu (time series) dan metode kasual (casual). Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan.
• Metode Deret Waktu (Time Series). Metode deret waktu didasarkan asumsi bahwa besarnya permintaan yang akan datang dapat diprediksi dari besarnya permintaan pada masa lalu. Langkah penting dalam menggunakan metode peramalan deret waktu adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat dibedakan menjadi 4 jenis siklus dan trend, yaitu (1) pola horizontal, terjadi bilamana data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yg konstan, (2) pola musiman, terjadi bilamana deret permintaan dipengaruhi oleh faktor musiman, (3) pola siklus, terjadi bilamana dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang (siklus bisnis), dan (4) pola trend, terjadi bilamana kenaikan/penurunan permintaan didasarkan pada trend ekonomi pasar yg berlangsung.
• Metode Casual. Metode peramalan secara casual, didasarkan adanya asumsi bahwa penjualan dipengaruhi oleh berbagai “peristiwa” yang sengaja dibuat yang dapat mempengaruhi penjualan, misalnya promosi, iklan, kegiatan kompetitor, dan lain-lain.
Baca juga artikel : Merapikan menajemen PBF
Focus Forecasting
Focus forecasting diciptakan oleh Bernie T. Smith, seorang ahli statistika dan komputer yang juga seorang Inventory Manager di American Hardware Supply Co., Amerika Serikat. Smith menggunakan pendekatan statistik yang sangat sederhana berdasarkan data-data pada masa lalu untuk dapat membuat peramalan secara lebih tepat. Data-data dari masa lalu tersebut diolah dengan menggunakan program komputer yang sederhana untuk membuat perkiraan/peramalan penjualan.
Dasar–dasar penerapan Focus forecasting adalah:
A. Apapun yang kita jual pada 3 bulan terakhir, kemungkinan akan kita jual pada 3 bulan yang akan datang.
B. Apapun yang kita jual pada 3 bulan yang sama tahun lalu, kemungkinan akan kita jual pada 3 bulan yang sama.
C. Pada 3 bulan kedepan, kita akan menjual 10% lebih banyak dibanding 3 bulan lalu .
D. Pada 3 bulan kedepan, kita akan menjual 50% lebih banyak dibanding bulan yang sama pada tahun lalu.
E. Berapapun prosentase perubahan yang kita dapat tahun lalu pada 3 bulan terakhir, hal yang sama juga akan terjadi pada 3 bulan kedepan.
Menurut Bernie T. Smith, hal terpenting dalam penerapan focus forecasting adalah bahwa metode ini tidak boleh terlalu kaku. Artinya seluruh data penjualan dianalisis dengan menggunakan kelima pendekatan tersebut di atas, kemudian dari pendekatan yang paling mendekati kebenaran/kenyataan yang sesungguhnya (data dari hasil penjualan nyata), digunakan untuk memperkirakan jumlah penjualan di masa yang akan datang.
Source :
https://priyambodo1971.files.wordpress.com/2014/03/manajemen-produksi-dan-operasi.pdf